Sitemap

aku akan mencinta secukupnya

untuk venus, ijinkan aku meminta maaf

2 min readApr 20, 2025

--

Press enter or click to view image in full size
source: pinterest

“Hanya karena kau menyukai (atau mencintai) seseorang, tidak berarti orang itu merasa disukai (atau dicintai)”

Kalimat itu lewat dalam bentuk gambar di linimasaku. Dan entah berapa lama aku terpekur memandanginya. Mengabaikan es kelapa muda di hadapanku, lalu terdisosiasi dari riuhnya sekitar.

Rasanya sesuatu atau seseorang menamparku. Dengan kekuatan penuh, tanpa tedeng aling-aling. Kubiarkan kalimat itu meresap merasuk ke dalam diri. Kemudian seperti adegan dalam film kartun, sebuah bohlam muncul di atas kepalaku.

Lalu, tidak ada lagi yang ingin kulakukan kecuali meminta maaf padamu. Persetan dengan pekerjaan, ingin kuserukan kalimat itu. Kalau bisa, akan kutinggalkan semua saat itu juga. Setelahnya akan kubiarkan paru-paruku terbakar asal aku bisa menemuimu, menggenggam tangamu, menangkup wajahmu, dan mengatakan ‘maaf’ dengan napas terengah.

Venus, maafkan aku…

Mungkin kalimat di awal tulisan ini adalah apa yang kau rasakan selama ini.

Aku boleh berteriak pada dunia bahwa aku menyukaimu dengan segenap hatiku. Tapi jika kau tidak merasa demikian, apalah guna. Mungkin selama ini kau merasa tercekik. Mungkin rasaku adalah air bah yang menenggelamkanmu.

Sekarang aku membuat semua jadi berantakan. Aku bahkan tidak tahu apakah kau masih sudi untuk menatapku. Bilamana manik milikmu tertuju padaku, entah mengapa aku yakin sorotnya akan berbeda; dan itu terjadi karena kebodohanku seorang.

Kuharap kau tidak berdecak atau menggelengkan kepala saat membaca paragraf di atas. Aku sadar betul bahwa yang kutulis adalah asumsiku sendiri yang bisa saja salah. Dan kau agaknya sudah cukup tahu bahwa musuh terbesarku adalah pikiranku sendiri.

Jadi, aku akan berusaha untuk mencinta secukupnya. Seperti yang kawan-kawanku selalu katakan padaku. Kata mereka rasaku kelewat besar dan itu adalah kelemahanku. Jujur saja, aku juga ingin bisa menakar rasaku sendiri. Semata agar tidak membuat orang kewalahan.

Tapi sungguh, itu tidak mudah. Hingga aku bertanya-tanya apakah aku memang terlahir begini? Apa aku memang terlahir sebagai pecinta dengan luapan rasa layaknya ombak yang ganas? Apakah sudah terlambat bagiku untuk mengendalikan ombak ini?

Venus, sudikah engkau memberiku kesempatan untuk memperbaiki semua? Pertanyaan ini tidak perlu kau jawab segera. Bahkan jika aku harus menunggu, itu akan kulakukan. Aku hanya ingin meminta maaf.

Maaf. Untuk terlalu bodoh dan terlambat untuk menyadari.

Maaf. Untuk terlalu kepalang percaya diri.

Maaf. Untuk masih membiarkan pikiranku sendiri menang dalam meracuniku.

Maaf. Untuk masih gagal dalam menerjemahkan bahasamu.

Maaf. Barangkali kata itu tidak cukup dan tidak pernah cukup.

--

--

valentina citra
valentina citra

Written by valentina citra

a living mayhem with wandering mind | write in ina / eng | @aleviannt_

No responses yet