surat untuk: A [1]
untuk A di G, tentang pagi dalam pantulan genangan air
Langit kota pagi ini kelabu. Sebelum berangkat ke kantor, aku menyempatkan diri melihat pantulan diriku di genangan air sisa hujan semalam. Rambutku sudah lebih panjang jika dibandingkan dengan saat aku bertemu kamu untuk pertama kali.
Aku teringat ucapanmu, pernah keluar dari bibir lembutmu tiga atau empat kali jika aku tidak salah menghitung. Katamu — sambil membelai lembut kepalaku — rambutku memiliki sedikit aroma kopi, lalu kau lebih menyukai rambut panjangku dan kau ingin melihatnya jadi panjang lagi. Kemudian aku tersenyum seraya menyuruhmu untuk menunggu sebentar lagi. Dan dalam setiap sesi keramasku, aku merapalkan doa agar rambut tebalku tumbuh lebih cepat.
Kini rambutku lebih panjang dan masih bau kopi, namun sepertinya hal itu tidak lagi menarik bagimu. Mungkin sudah saatnya kupangkas. Tapi bukan rambutku.